Daftar isi

Senin, 09 Januari 2012

Sasha, Alyssa dan Pak Anton 2

“Ah! Jangan!’ jerit Sasha mendadak saat merasakan tangan Pak Anton mulai membuka celah pantatnya. Namun permintaan Sasha tidak digubris. Sasha merasa amat malu saat lubang pantatnya terekspos jelas dihadapan Pak Anton.
“Nah, ini dia lubang pantatnya bidadari kantor kita!” ejek Pak Anton yang semakin membuat wajah Sasha memerah menahan malu. Sasha bisa melihat jelas raut wajah Pak Anton yang terkekeh-kekeh mengamati pantatnya itu.
“Jangan Pak… Saya malu…” pinta Sasha dengan pelan. Ini pertama kalinya seseorang melihat pantatnya sedekat itu karena selama berumah tangga dengan Aldy, Aldy tidak pernah meminta jatah lubang pantat Sasha.
“Lho, kenapa? Kok malu? Padahal lubang pantatnya juga indah seperti orangnya!” puji Pak Anton. “Atau kamu tidak mau pantatmu dilihat saya karena alasan lain?” lanjut Pak Anton. Sasha hanya terdiam tanpa menjawab.

“Ooh, saya tahu!”tiba-tiba Pak Anton berseru. “Pasti kamu jarang merawat pantatmu, ya?!” terkanya.
“Tidak Pak… Saya…” Sasha berusaha menolak terkaan Pak Anton. Tentu saja Sasha rajin merawat pantatnya setiap saat, namun Pak Anton memang hanya ingin mempermalukan Sasha saat itu.
“Sudahlah, kamu tidak perlu malu-malu, bilang saja kalau kamu mau pantatmu saya bersihkan!” dengan lancangnya Pak Anton menguakkan bongkahan Sasha dan mengusapkan sabun di tangannya ke celah-celah pantat Sasha.
“Kyah!” Sasha menjerit saat jari-jari kasar Pak Anton terasa menggesek celah pantatnya dan memenuhi pantatnya dengan busa sabun. Rasa geli menusuk tubuh Sasha saat jari telunjuk Pak Anton menekan-nekan lubang pantatnya. Sehingga kembali terdengar desahan-desahan tertahan dari bibir Sasha saat gairah seksualnya terbangkitkan. Pak Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya saat mendengar desahan-desahan kecil dari bibir Sasha. Dengan sigapnya, Pak Anton meluncurkan tangannya kearah depan sehingga tangan kanannya menjamah vagina Sasha.
“Ah?!” Sasha terkejut sejenak saat telapak tangan kiri Pak Anton menjamah vaginanya.
“Hehe… bagian ini juga harus dibersihkan kayaknya…” ujar Pak Anton nakal.

“Aw… aw…. aach…” desah Sasha saat jari-jari tangan kiri Pak Anton menyabuni vaginanya dengan cara mengusap-usap kewanitaan Sasha dengan sabun. Usapan Pak Anton yang agak kasar itu tak pelak membuat vagina Sasha juga dibanjiri busa sabun putih. Gesekan jari Pak Anton yang sesekali juga menyentil klitorisnya, membuat Sasha semakin dirasuki gairah seksualnya. Apalagi tangan kanan Pak Anton masih dengan rajinnya menyabuni celah pantatnya sambil sesekali mencolek lubang pantat Sasha dengan kuku jari telunjuknya.

“Egh… Aw… Haah…” Sasha semakin sulit mengontrol dirinya. Luar biasa! Pak Anton rupanya amat pintar mempermainkan gairah seksual wanita. Gerakan-gerakan tangannya yang menyabuni selangkangan Sasha bergerak tanpa ritme, sehingga Sasha juga kesulitan mencapai orgasmenya. Kepala Sasha menegadah berusaha menghirup udara segar sambil terus mengeluarkan desahan-desahan penuh kenikmatan. Pak Anton semakin gemas dengan Sasha dan mempercepat gosokan jarinya divagina Sasha. Akibatnya, Sasha semakin terhanyut dalam kenikmatan seksualnya
“OOKH… AAAAA…” Sasha memejamkan mata, mendongakkan kepalanya dan melolong pilu saat ledakan orgasmenya memancar keluar dari tubuhnya. Sasha merasa ototnya tegang dan mengeras saat gelombang kenikmatan itu melanda tubuhnya. Pak Anton yang masih memegang vagina Sasha bisa merasakan vagina Sasha berdenyut keras dan busa sabun di jari-jari tangan kirinya terasa lebih hangat saat Sasha mencapai orgasmenya, karena vagina Sasha ikut memuncratkan cairan cintanya yang hangat ketelapak tangan kiri Pak Anton.

Tulang-tulang Sasha serasa terlolosi dari sendinya saat sensasi orgasmenya mereda. Sasha pun tampak limbung, namun Pak Anton segera menangkap tubuh Sasha dan menyandarkannya ke tepian bathtub itu.
“Hehehe… enak kan rasanya? Tenang saja, kita masih belum selesai!” seringai Pak Anton sambil mengambil sebuah shower dan sprinkler. Sasha hanya tersandar pasrah tanpa tenaga ditepian bathtub itu dengan keadaan tubuh masih dipenuhi busa. Staminanya nyaris terkuras habis saat orgasme hebat yang baru saja melanda tubuhnya.

Pak Anton lalu menyalakan shower ditangannya dan membilas tubuh Sasha dengan kucuran air shower itu. tangannya mengusapkan air disekujur tubuh Sasha, menghapus busa putih yang memenuhi tubuh Sasha. Tidak lupa, Pak Anton secara cermat membersihkan kedua payudara Sasha, kadang-kadang diremasnya dada Sasha dengan pelan ataupun mencubit puting susu Sasha sehingga terdengar suara desahan tertahan dari bibir Sasha. Pak Anton tampak berusaha menjaga agar aliran air shower itu tidak membilas busa putih yang masih menggumpal menutupi selangkangan Sasha.

Akhirnya, tubuh Sasha bersih dari busa sabun kecuali bagian selangkangannya yang masih tertutup oleh busa lembut itu. Pak Anton mematikan aliran air dari showernya dan kini mengambil sprinkler yang dari tadi terendam didalam bak mandi itu. Pak Anton memutar keran sprinkler itu secukupnya dan mengacungkan sprinkler itu ke selangkangan Sasha seperti sebuah pistol yang siap untuk menembak sasarannya. Jari jempol Pak Anton lalu menekan keras tombol sprinkler itu dan CRAASH! Terdengar suara semburan air yang kencang.

“KYAAAH!” Jeritan Sasha terdengar menyusul saat semburan air itu menghantam vaginanya.
“ADUH! AAKH!!AAGH!!!!” Sasha menjerit-jerit saat tekanan air itu terasa menyembur paksa kedalam vaginanya. Air mata Sasha juga tampak meleleh turun dari matanya karena rasa sakit dan sensasi kenikmatan akibat semburan air itu. Apalagi saat tiang air itu menggelitik klitorisnya. Efek orgasme Sasha yang masih belum hilang sekarang ikut membangkitkan kembali kenikmatan seksual dari tubuh Sasha. Pak Anton tersenyum saat melihat gelinjangan erotis tubuh Sasha yang mulai terbangkitkan kembali gairahnya. Sasha sendiri tidak pernah membayangkan kalau semprotan air dengan lembut di vagina juga dapat memberikan kenikmatan seksual bagi para wanita. Pak Anton juga sesekali menghentikan semprotannya dan secara mendadak kembali menyemprotkan air di vagina Sasha, sehingga menimbulkan kenikmatan seksual tersendiri bagi Sasha, serasa melakukan onani dengan jacuzzi.

“HAAAH… AAH…” Sasha menggeliat pelan sambil melenguh keras. Air di bathtub itu tampak beriak-riak saat gerakan tubuh Sasha yang hendak menjemput orgasmenya semakin kencang. Pak Anton segera mengecilkan tekanan air sprinkler itu dan menghentikan semprotannya sehingga Sasha gagal mencapai orgasmenya.

“Aah… hooh…” desah Sasha pelan sambil berusaha mengatur nafasnya. Walaupun orgasmenya terhenti, tubuh Sasha masih saja tidak bertenaga. Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih terduduk mengangkang ditepian bathtub itu. Sasha tidak banyak berontak lagi karena tubuhnya sekarang benar-benar kelelahan dan seluruh tenaganya serasa terkuras seluruhnya.

Pak Anton mengeluarkan sebuah pisau cukur dan menjongkokkan dirinya dihadapan selangkangan Sasha yang membuka lebar. Pak Anton mulai mencukur rambut-rambut halus di kewanitaan Sasha dengan cermat tanpa menyisakan sehelaipun rambut vagina Sasha sehingga kewanitaan Sasha kini terpampang jelas dan bersih.

“Sekarang semuanya sudah bersih! Ayo!” Pak Anton segera menarik Sasha keluar dari bathtub itu. Tubuh Sasha lalu dikeringkan dengan sebuah handuk putih. Pak Anton menghirup udara disekitar tubuh Sasha sejenak dan aroma mawar yang lembut segera memanjakan indera penciuman Pak Anton. Ya, kini sekujur tubuh Sasha memancarkan aroma mawar yang amat wangi karena disabuni terus menerus oleh Pak Anton. Pak Anton lalu melingkari dan memakaikan handuk itu ke tubuh Sasha.
“Nah, sekarang kamu sudah wangi dan bersih! Ayo, kita bersiap-siap!” tegas Pak Anton yang kembali menggandeng Sasha keluar dari kamar mandi itu dan membawanya ke kamar tidur.

Sesampainya dikamar, Pak Anton segera melepas handuk Sasha sehingga tubuh telanjang bulat milik Sasha kembali terpampang jelas. Pak Anton merangkul punggung Sasha dan mendorongnya kearah depan sambil membenamkan wajahnya dibelahan dada Sasha yang indah dan wangi itu. Sasha membiarkan Pak Anton menikmati dadanya yang empuk sepuas hati. Kedua puting payudara Sasha lalu dicubit-cubit pelan oleh Pak Anton sambil sesekali meremas kuat dada Sasha dengan gemas. Pak Anton menggosok-gosokkan wajahnya dengan pelan untuk membelai payudara Sasha sehingga kulit payudara Sasha terasa geli saat kumis Pak Anton menggosok permukaan payudaranya itu.

Setelah puas bermain-main dengan dada empuk Sasha, Pak Anton lalu membongkar koper milik Sasha. Dipilihnya sehelai celana dalam mini semi transparan dari nilon yang berwarna putih lembut dengan renda-renda feminin dan sebuah bra strapless berwarna putih susu untuk dipakai Sasha. Pak Anton juga mengeluarkan sebuah stocking jala berwarna putih dari koper Sasha.

Tangan Sasha direntangkan dan Pak Anton segera memakaikan bra strapless itu untuk menutupi dada Sasha. Pak Anton sengaja memasangkan kait bra Sasha 1 tingkat lebih erat, sehingga kedua payudara Sasha terhimpit dan menampilkan belahan dada Sasha yang begitu indah. Dada Sasha terasa sesak akibat tekanan bra itu. Sasha juga dipakaikan celana dalam mini yang diambil Pak Anton. Celana dalam Sasha menampilkan bayangan pantatnya yang bulat dan montok karena celana dalam itu semi transparan. Andai saja tidak ada sulaman renda dibagian depan celana dalam itu, sudah pasti vagina Sasha terpampang dengan amat jelas. Celana dalam itu merupakan celana dalam favorit Sasha yang sering dipakainya sebelum bercinta dengan Aldy. Setelah bra dan celana dalam Sasha terpasang, Pak Anton segera memakaikan stocking jaring milik Sasha. Pak Anton berulangkali menelan ludah saat meraba paha Sasha yang mulus ketika memasangkan stocking Sasha itu. Setelah semua pakaian dalam Sasha terpasang ditubuh molek itu, Pak Anton tersenyum puas melihat Sasha yang berdiri dihadapannya dengan busana yang begitu seksi dan menggoda.

“Nah, kamu tunggu dulu sebentar didalam sini! Saya sudah memanggilkan juru rias khusus untukmu. Biar nanti dia yang mengurus soal tata riasmu!” ujar Pak Anton sambil meninggalkan Sasha didalam kamar itu.
Begitu pintu kamar itu tertutup, Sasha segera jatuh terduduk di ranjang tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Air matanya menetes dan perasaannya campur aduk menyiksa batinnya. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan sekarang? Sebagai seorang wanita yang sudah bersuami, seharusnya ia dengan setia menunggu kepulangan Aldy di rumah. Namun saat ini ia malah berada di villa megah atasannya sendiri dan bersiap-siap untuk mengkhianati suami yang dicintainya sekaligus merendahkan martabatnya dengan menerima tawaran menikah siri dari atasannya itu.

Sasha pun semakin terhanyutkan oleh pikirannya. Apakah yang dilakukannya ini salah? Sebenarnya ia hanya melakukan yang terbaik demi keutuhan rumah tangganya. Lagipula, andai saja Aldy bekerja dengan jujur, maka ia tidak perlu mengalami hal seperti ini.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti ini, bukan?!” Kembali pernyataan Pak Anton beberapa hari yang lalu itu terngiang di kepala Sasha. Sesaat Sasha tersentak sejenak mengingat pernyataan itu.

“Memang benar! Ini semua salah Aldy! Yang kulakukan ini juga demi dirinya dan demi keluargaku! Lagipula, Aldy sudah tidak jujur padaku! Untuk apa pula aku harus jujur padanya?!” pikir Sasha. Lama kelamaan, pikiran itu semakin menguasai otak Sasha yang berusaha mencari pembenaran atas perbuatannya itu. Akhirnya, Sasha membulatkan tekadnya untuk memberontak dan mengkhianati Aldy sebagai hukuman atas ketidakjujuran Aldy padanya. Bahkan Sasha pun melolosi cincin nikah yang diberikan Aldy padanya dari jari manisnya. Cincin itu pun dilempar Sasha masuk ke dalam kopernya.

Pintu kamar itu tiba-tiba diketuk dan dibuka. Masuklah seorang laki-laki feminin yang membawa sekotak alat rias lengkap dan sebuah koper.
“Em… Bu Sasha ya?” tanyanya agak ragu.
“I… iya!” jawab Sasha dengan gagap karena agak terkejut dengan kehadiran laki-laki bernama Boyke itu.
“Saya Boyke, penata rias anda! Mmm… Anda sudah siap?” tanya Boyke itu.
“Ya!” jawab Sasha mantap.
“Bagus deh! Ini, ada beberapa aksesoris yang dipesan Pak Anton untuk Bu Sasha! Katanya, Bu Sasha dipersilakan untuk memilih apapun yang ibu suka.” Ujar Boyke sambil membuka koper di tangannya. Sasha takjub melihat berbagai macam pilihan perhiasan indah yang berkilauan yang terpampang didalam koper itu. Betapa perhatiannya Pak Anton! pikir Sasha. Banyak perhiasan mahal yang sudah lama ingin dibeli Sasha namun tidak kesampaian karena dilarang oleh Aldy. Namun kini, perhiasan-perhiasan itu terpampang jelas dihadapannya dan Sasha boleh memilih sesuka hatinya!

“Pak Anton perhatian ya, Bu! Ini semua aksesoris mahal yang khusus diimpor dari luar negeri lhoo!” puji Boyke. Hati Sasha pun luluh mendengar pujian Boyke. Pak Anton rela bersusah payah membelikannya perhiasan-perhiasan yang indah dari luar negeri yang pastinya amat mahal. Aldy saja cerewet apabila Sasha mau membeli perhiasan lokal. Padahal Aldy memiliki uang hasil penggelapan pajak itu. Sasha mulai menyesal mengapa ia mengacuhkan Pak Anton yang rupanya amat menyayanginya? Bahkan melebihi Aldy, suaminya sendiri. Tekad Sasha pun semakin bulat untuk menerima pinangan Pak Anton.

“Mas Boyke! Tolong rias saya sebaik mungkin! Saya mau menjadi pengantin yang pantas untuk Pak Anton!” perintah Sasha kepada Boyke, yang hanya tertawa kecil melihat kesiapan Sasha.
“Beres deeh! Ayo, busana pengantinnya sudah siap kan, Bu?” tanya Boyke yang dibalas dengan anggukan mantap Sasha.

“Ya! Akan kutunjukkan! Walaupun aku seorang wanita, aku juga bisa berontak! Kalau Aldy tidak jujur padaku, maka ia harus menerima akibatnya sendiri!” teriak Sasha dalam hatinya sambil menghapus bekas air mata di pipinya. Sasha sekarang sudah tidak peduli lagi dengan tampang maupun usia Pak Anton. Sekarang yang tersisa dalam hatinya hanyalah kebencian yang menggantikan cintanya pada Aldy dan keinginan kuat untuk memberontak dan memberi pelajaran atas ketidakjujuran Aldy.

Jam sudah menunjukkan waktu pukul setengah empat sore, sementara Pak Anton yang kini tampak gagah dengan tuksedo hitammnya dengan sabar menunggu di paviliun villa itu. Paviliun itu terletak dibelakang bangunan utama yang dikelilingi taman bunga dan sebuah kolam kecil. Di paviliun kecil itu sudah disiapkan berbagai macam keperluan pernikahan mereka.
Taman villa itu sudah didekorasi untuk pesta taman yang dilengkapi pula dengan sebuah bangku putih yang dihiasi rangkaian bunga untuk singgasana pengantin. Pak Anton juga sudah mengatur ruang tamunya sedemikian rupa untuk acara pesta dalam rumah. Belasan orang berkeliaran disekitar villa itu sambil mempersiapkan kebutuhan pesta untuk acara pernikahan Pak Anton dan Sasha.

Beberapa orang undangan mulai berdatangan ke villa Pak Anton. Para undangan itu semuanya merupakan kerabat, relasi maupun kenalan Pak Anton, termasuk para tetangga disekitar villa itu. Tidak ada satupun karyawan kantor mereka yang diundang karena Pak Anton telah berjanji untuk merahasiakan pernikahan mereka dari para pegawai kantor itu. Pak Anton dengan gembira menyambut para tamunya itu dan berbincang-bincang sejenak dengan mereka sambil menunggu Sasha.

Setelah beberapa lama, akhirnya penghulu mereka tiba dan segera memasuki paviliun itu untuk memulai upacara pernikahan, namun Sasha belum juga muncul. Selama sepuluh menit setelah penghulu pernikahan itu tiba, Sasha masih belum juga menampakkan dirinya, sehingga para undangan bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sang mempelai wanita yang masih belum sempat ditemui oleh mereka. Rasa penasaran menyelimuti para undangan yang tidak sabar untuk melihat penampilan dan kemunculan sang mempelai wanita. Alyssa yang sudah bangun juga dipakaikan sebuah ball gown putih dan ikut menunggu kemunculan Sasha sambil digendong oleh seorang baby sitter khusus yang disewa Pak Anton untuk menyaksikan pernikahan kembali ibunya itu. Pak Anton mulai risih menunggu Sasha. Pak Anton sedikit cemas karena takut Sasha akan membangkang. Ia pun berniat untuk menemui Sasha untuk melihat keadaan Sasha dan menyeretnya ke pelaminan bila perlu.

Namun, belum sempat Pak Anton beranjak pergi, terdengarlah melodi lagu pernikahan yang merdu dari speaker-speaker yang terpasang disekitar villa itu. Pak Anton dan segenap hadirin terpana saat melihat penampilan Sasha sebagai seorang pengantin wanita sedang berdiri dipintu belakang villa itu sambil digandeng oleh Boyke.

Suasana mendadak hening sejenak saat Sasha perlahan-lahan berjalan menuju paviliun tempat Pak Anton berdiri, hanya terdengar melodi syahdu dari lagu pernikahan yang mengalun mengiringi langkah anggun Sasha. Suara detakan dari langkah Sasha yang bersepatu hak tinggi terdengar berirama. Para hadirin hanya tertegun dan takjub melihat penampilan Sasha yang bagaikan seorang dewi itu. Bahkan Alyssa yang tadinya agak rewel, ikut terdiam sejenak melihat penampilan ibunya itu. Tatapan matanya seolah tidak bisa lepas dari tubuh Sasha yang terus berjalan menuju paviliun tempat calon suaminya itu menunggu.

Sasha kembali mengenakan gaun pengantin yang terakhir kali dikenakannya saat menikah dengan Aldy. Gaun pengantin yang berbahan satin dan berwarna putih terang dengan model strap tampak serasi dengan warna kulit Sasha yang putih mulus. Pundak Sasha digantungi strap gaunnya yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar putih kecil yang terbuat dari satin sehingga atasan gaun itu tampak seperti sebuah bra dengan tali-tali yang tersusun dari rangkaian bunga. Sebuah pita chiffon putih dengan sebutir permata pink imitasi ditengahnya tampak terpasang didada Sasha, menghiasi belahan dada cantik milik Sasha.
Sulaman manik-manik yang berbentuk bunga-bunga kecil tampak bertaburan menghiasi atasan gaun itu. Dengan jahitan polos dibagian pinggang, lekuk pinggang ramping Sasha yang elok tampak terpampang jelas. Hiasan gaun dipinggang Sasha berupa sebuah jahitan dua helai kain sutra berwarna pink lembut yang melebar disisi kanan-kiri rok gaun Sasha yang berwarna putih dan disatukan oleh pita berbentuk bunga di pinggul Sasha, sehingga rok Sasha seolah tampak bersayap. Rok gaun Sasha yang halus dan lembut bermodel lipatan seperti sebuah tirai, namun rok yang tampak mengembang akibat petticoat yang dipakai Sasha sebagai rok dalam itu terjuntai hingga menutupi kaki Sasha itu tampak cantik dengan sulaman pita-pita kecil yang mengelilingi rok gaun itu.

Sepasang sarung tangan satin putih yang panjangnya selengan menutupi kedua tangan Sasha seolah melindungi lengan halus dan jari-jari lentik sang bidadari yang sedang mengggenggam serangkaian bunga-bunga putih. Pergelangan tangan Sasha tampak dipasangi dengan seuntai gelang perak dengan giring-giring kecil disekeliling gelang itu yang bergemerincing kecil saat Sasha berjalan. Seuntai kalung mutiara dari Jepang melingkari jenjang leher Sasha, sementara sebuah tiara perak bertaburkan permata kecubung berwarna pink yang diimpor dari Italia menghiasi dahi Sasha.

Rambut Sasha yang panjang dibiarkan tergerai bebas dan sehelai slayer sutra putih yang berpita diselipkan di sela-sela rambut Sasha untuk menutupi wajahnya. Walaupun wajah Sasha tertutup oleh motif bunga-bunga slayer itu, para hadirin masih bisa melihat kecantikan wajah Sasha. Aroma mawar yang terpancar dari tubuh Sasha diperkuat lagi dengan semprotan parfum mawar di gaunnya itu.

Sasha akhirnya tiba di paviliun itu. Pak Anton masih tampak terkesima, namun lamunannya segera buyar saat Sasha mengulurkan sikunya untuk digandeng oleh Pak Anton. Tanpa menunggu lebih lama, Pak Anton segera menyambut uluran tangan Sasha dan mereka berdua pun berjalan bergandengan kehadapan penghulu yang sudah berdiri didepan sebuah meja yang ditata untuk keperluan upacara itu. Sesampainya dihadapan penghulu, kedua mempelai lalu berlutut didepan meja itu.

Suasana hening kembali menyelimuti paviliun itu saat mereka mengheningkan cipta sejenak yang dilanjutkan dengan upacara pemberkatan kedua pengantin. Sasha tidak begitu menyimak perkataan-perkataan dari penghulu itu. Ia hanya terdiam melamun, merenungkan keadaannya sekarang dan kesiapan dirinya untuk melayani Pak Anton sebagai seorang istri setelah upacara ini selesai. Menit-menit upacara itu pun berlalu tanpa disadari Sasha. Wajahnya yang tertutup oleh slayer mengakibatkan orang-orang disekitarnya tidak sadar bahwa Sasha sedang melamun.

“Nona Izumi Toyama?” tiba-tiba penghulu itu memanggil Sasha dengan nama aslinya.
“Eh?” Sasha terkejut dan lamunannya pun buyar dalam sekejap saat mendengar nama aslinya disebut oleh penghulu itu. Maklumlah, tidak ada yang memanggilnya dengan nama ‘Izumi’ selain orang tuanya.
“Apakah anda bersedia menerima Anton Adiharyono sebagai suami anda?” tanya penghulu itu dengan serius. Rupanya acara pengukuhan janji pernikahan sudah dimulai.
“I… iya!” jawab Sasha gagap, masih dalam keadaan terkejut. Pak Anton hanya tersenyum melihat tingkah pengantinnya itu.
“Bersediakah anda menerima dan hidup bersamanya dalam suka-duka hingga maut memisahkan?”
“Ya, saya bersedia.” Jawab Sasha.

Mantri itu menyodorkan sehelai surat nikah kontrak kepada kedua mempelai itu. Pak Anton lalu membaca sejenak surat itu sebelum menandatangani nama “Anton Adiharyono” di surat itu. Surat itu beserta sebuah bolpen lalu disodorkan ke hadapan Sasha. Tanpa membaca lebih lanjut isi surat itu, Sasha segera membubuhkan tandatangannya diatas nama “Izumi Toyama”.

“Ayo kita mulai, Sasha.” Ujar Pak Anton sambil menarik pelan pergelangan tangan Sasha sehingga tangan Sasha mengulur kehadapan Pak Anton. Salah seorang saksi laki-laki menyodorkan dua kotak cincin. Pak Anton mengambil salah satu kotak itu dan membukanya. Mata Sasha berbinar melihat isi kotak itu yang berupa sebuah cincin nikah dari emas murni yang bertahtakan berlian. Sementara itu, seorang saksi yang lain melepaskan sarung tangan di tangan kanan Sasha, sehingga tampaklah jari-jari lentik Sasha yang terulur dihadapan Pak Anton.
Pak Anton segera memasangkan cincin itu ke jari manis Sasha, dimana dulunya terpasang cincin kawin Aldy-Sasha. Sasha kemudian membuka kotak cincin lainnya dan memasangkan sebuah cincin platina di jari manis Pak Anton.

“Nah, Bapak Anton Adiharyono, dipersilahkan untuk membuka tudung pengantin Nona Izumi!” ujar penghulu itu pada Pak Anton. Pak Anton mendekat dan mengangkat tudung pengantin Sasha melewati kepala Sasha. Sejenak Pak Anton dan para hadirin terkesima melihat kecantikan wajah Sasha seutuhnya.
Alis hitam Sasha yang ditebalkan sedikit oleh Boyke dengan eye-pencil tampak sangat serasi dengan bulu-bulu mata Sasha yang dilentikkan dan dipercantik dengan sapuan warna eye-shadow pink yang lembut berkilau dikelopak mata Sasha. Dengan riasan make-up di pipi Sasha, pipinya tampak merah merona alami sehingga kian memancarkan kombinasi yang indah dengan bibir mungilnya yang diolesi lipstik pink tipis. Riasan wajah Sasha yang sederhana itu justru semakin memunculkan pesona kecantikannya yang alami.
Sasha lalu membuka matanya yang masih tertutup dan Pak Anton semakin terpesona melihat sepasang bola mata indah berwarna biru cemerlang dari lensa kontak yang dipasangkan di mata Sasha.

“Silahkan mencium pengantin anda, Pak!” ujar penghulu itu sambil tersenyum. “Cium! Cium!” Terdengar pula seruan-seruan dari para hadirin yang mengikuti prosesi pernikahan itu dari tadi.

Sasha melihat wajah Pak Anton sejenak dan tersenyum manis. Matanya kembali ditutup dan bibirnya dibuka sedikit. Pak Anton pun segera merangkul pinggang Sasha dan mendekatkan wajah Sasha sebelum akhirnya sebuah ciuman didaratkannya di bibir mungil sang pengantin wanita disertai dengan tepuk tangan meriah dan sorakan yang riuh dari para undangan.

Pesta pun dimulai hingga malam harinya. Para undangan ikut memberi komentar tentang kecantikan Sasha dan betapa beruntungnya Pak Anton yang bisa memperistri seorang wanita secantik itu. Banyak rekan Pak Anton yang mengucapkan selamat dan beberapa diantaranya menghadiahkan berbagai kado untuk Pak Anton. Sasha hanya terduduk di singgasana pengantinnya sambil berusaha untuk bersikap ramah pada para undangan itu, walaupun sebenarnya ia amat kebingungan dan merasa asing karena tidak ada seorangpun yang ia kenal hadir di pesta itu.

Akhirnya pesta itu usai, semua undangan dan pelayan pun sudah pulang sehingga dirumah itu kini hanya ada Pak Anton, Sasha dan Alyssa. Alyssa sudah tertidur di kamar Pak Anton dan Sasha.
Sementara itu, Pak Anton dan Sasha yang masih berbusana pengantin sedang berduaan di balkon kamar itu sambil menikmati pemandangan malam yang romantis. Sambil menatap panorama alam yang indah itu, Sasha juga mengutarakan perasaannya sekarang tentang Aldy pada Pak Anton, sehingga Pak Anton semakin bahagia mengetahui kalau Sasha dengan tulus menerima kawin kontrak itu dan tidak ada bayangan Aldy yang mengusik hati Sasha saat ini.
Pak Anton memeluk tubuh Sasha dari belakang sambil meresapi aroma wangi yang terpancar dari tubuh pengantinnya itu dan mengelus-elus gaun satin Sasha. Sasha sendiri hanya menyandarkan kepalanya ke dada Pak Anton sambil menatap langit, sehingga jenjang lehernya yang indah terpampang jelas dihadapan Pak Anton.

Walaupun tampak santai, namun Pak Anton sudah tidak sabar membendung gejolak birahinya yang ditekannya dari tadi. Apalagi sekarang Sasha sudah sah menjadi istrinya lewat kawin kontrak. Tentu saja ia amat bodoh apabila menyia-nyiakan kesempatan ini! Tapi, Sasha tampak mesra didalam pelukannya dan Pak Anton pun tidak mau membuat Sasha marah dengan menyuruh Sasha melayaninya tiba-tiba. Bisa-bisa ia dianggap memperkosa Sasha, padahal Pak Anton mau menyuburkan benih-benih rasa cinta yang dengan susah-payah berhasil ditanamnya didalam hati Sasha lewat pemberian berbagai perhiasan yang mahal untuk Sasha. Pak Anton terus memutar otaknya untuk mencari cara yang tepat agar Sasha bisa melayaninya sepenuh hati. Tiba-tiba, Pak Anton menemukan sebuah ide bagus.

“Sasha, kamu haus?” tanya Pak Anton dengan nada penuh perhatian.
“Sedikit…” jawab Sasha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Sebentar ya, kamu duduk saja dulu. Saya punya minuman yang spesial untukmu.” Ujar Pak Anton sambil masuk kedalam villa. Meninggalkan Sasha yang terduduk sendiri di balkon kamar villa itu. Sasha kembali terhanyut dalam lamunan saat melihat panorama indah dari balkon itu.

Pak Anton lalu memutar lagu sehingga sayup-sayup terdengar alunan lagu romantis dari dalam villa itu. Mendengar melodi lagu-lagu cinta itu, Sasha pun segera ikut bernyanyi mengikuti irama lagu itu, sehingga suara merdunya terdengar jelas hingga kedalam villa dari balkon tempatnya terduduk. Pak Anton semakin kagum dengan Sasha yang rupanya memiliki suara yang amat merdu.

Pak Anton berhasil menemukan sebotol red wine yang sengaja dibelinya untuk acara itu. namun ia tidak buru-buru menghidangkannya untuk Sasha. Dibiarkannya Sasha bernyanyi sepuas hati dulu. Setelah beberapa menit berlalu dan suara Sasha mulai terdengar pelan karena haus, Pak Anton segera beraksi. Diolesinya pinggiran gelas Sasha dengan obat perangsang cair dan dua butir pil perangsang lainnya dicampurkan kedalam wine itu.

“Bagaimana? Sudah selesai konsernya?” tanya Pak Anton sambil tersenyum saat memasuki balkon itu. “Suara kamu merdu sekali! Sudah pernah ke dapur rekaman?” goda Pak Anton sehingga Sasha tampak tersipu-sipu malu. Pak Anton menuangkan wine ke sepasang gelas yang diletakkan diatas meja.
“Kamu haus kan? Nah, ini dia! Pasti enak!” kata Pak Anton sambil menyodorkan segelas wine ke Sasha.
“Eh? Ini… ini wine ya, Pak?” tanya Sasha dengan nada ragu-ragu.
“Iyalah! Ini khusus saya beli untuk kamu! Memangnya kenapa?”
“Mmm… Saya… tidak tahan dengan alkohol Pak…” jawab Sasha murung.
“Aah, sudahlah! Coba saja dulu, enak kok! Kamu haus kan?” ujar Pak Anton sambil mereguk segelas wine di tangannya. Sasha hanya terdiam ragu-ragu sambil mengamati wine yang masih tersimpan di gelasnya, warna ungu kemerahan berkilau dan aroma anggur yang pekat tercium dari wine itu. Sasha merasa agak pusing saat menghirup aroma wine itu. Sasha memang benar-benar lemah dengan alkohol sejak kecil dan gampang mabuk, bahkan saat mencicipi sedikit minuman beralkohol.

“Lho, kok bingung? Ayo dicoba dulu, kan cuma sedikit! Kalau kamu tidak suka, saya tidak akan memberimu wine lagi.” bujuk Pak Anton.

Sasha agak ragu, namun akhirnya diminumnya juga wine itu. Rasa manis anggur dan sensasi melayang sejenak terasa di kepalanya. Baru kali ini Sasha merasakan kepalanya berputar seperti itu. Anehnya lagi, sekujur tubuh Sasha mulai terasa panas dan jantungnya secara perlahan mulai berdegup dengan kencang.
“Bagaimana, enak tidak?”
“Eeh? Rasanya aneeh…” jawab Sasha yang kebingungan dengan reaksi tubuhnya.
“Ah masa? Ayo coba lagi!” kata Pak Anton sambil menuangkan wine itu ke gelas Sasha sekali lagi. Tanpa sadar, Sasha kembali mereguk wine itu dan sekali lagi kepalanya terasa berputar. Lama kelamaan, tanpa sadar Sasha sudah meminum 5 gelas wine itu. Sudah pasti, bagi wanita yang lemah dengan alkohol, 5 gelas red wine sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mabuk berat. Wajah Sasha sudah merah merona akibat mabuk dan badannya juga terasa amat panas, seperti ada api yang berkobar didalam tubuhnya. Nafas Sasha mulai terdengar tersengal-sengal mengiringi detak jantungnya yang amat kencang. Namun, hal yang paling aneh yang dirasakan oleh Sasha di tubuhnya adalah vaginanya yang mulai berdenyut-denyut dengan kencang dan gejolak birahinya yang terbangkitkan mendadak seiring dengan denyutan di vaginanya.

“Ooh… Paak… Ini… wine apaan siih? Kook badan Sashaa… rasanya aneeh?” tanya Sasha setengah meracau akibat mabuk. Pak Anton hanya tersenyum saat melihat rencananya berjalan dengan amat lancar.
“Ah, ini wine dari Prancis. Bagaimana rasanya? Enak tidak?”
“Eemm… Enak siih… tapii badan Sasha kok beginii?” Sasha yang kebingungan mulai berdiri sambil memegang kursi untuk menjaga keseimbangannya.
“Memangnya kenapa?” tanya Pak Anton dengan mata berbinar.
“Badan Sasha rasanya panaas bangeet… Lalu kenapa vaginanya Sasha jadi begini siih?” ujar Sasha sambil mengangkat rok gaun dan petticoatnya tinggi-tinggi tanpa sadar karena mabuk, sehingga celana dalamnya dipamerkan dengan amat jelas dihadapan mata Pak Anton.
Tentu saja mata Pak Anton membelalak saat melihat celana dalam Sasha mulai basah akibat cairan cintanya yang mulai meluber keluar dari vaginanya akibat pengaruh obat perangsang itu, bahkan cairan cinta Sasha tampak sedikit mengalir turun dari paha mulusnya dan terserap sebagian di stocking jaring Sasha. Pak Anton tidak menyangka kalau Sasha rupanya adalah tipe wanita yang amat gampang terangsang.

“Wah, kok begini ya? Bapak juga rasanya aneh nih!” ujar Pak Anton pura-pura bodoh sambil segera melepaskan celananya dan celana dalamnya sehingga penisnya yang memang sedari tadi sudah bertahan mati-matian segera berdiri tegak mengacung ke hadapan Sasha. Sesaat mata Sasha tampak berbinar melihat penis besar milik Pak Anton yang siap untuk memuaskan nafsu birahinya.

Pak Anton lalu mendekat ke arah Sasha, sehingga kini mereka saling berhadapan. Pak Anton lalu meraih dagu Sasha dan mendongakkan wajah Sasha kearah wajahnya. Mata Sasha yang tampak sayu akibat rangsangan obat itu, hembusan nafas Sasha yang tersengal dari mulutnya yang sedikit membuka dan aroma wine bercampur wangi mawar dari tubuh Sasha semakin menggoda nafsu Pak Anton. Pak Anton semakin gemas dengan Sasha dan tidak sabar lagi untuk dilayani oleh pengantin wanitanya itu.

Tanpa ditunggu lebih lama lagi, diraihnya pinggang Sasha dan segera dilumatnya bibir Sasha tanpa ampun. Kedua tangan Sasha terjepit dalam pelukan Pak Anton sementara bibirnya yang lembut menjadi sasaran kuluman dan hisapan Pak Anton, seolah bibir mereka direkatkan oleh lem. Pak Anton juga memasukkan lidahnya menjejali rongga mulut Sasha sambil menjilat-jilat seluruh bagian dalam mulut Sasha. Rasa manis wine yang masih melekat dalam mulut Sasha semakin memberi rasa tersendiri bagi Pak Anton, bagai menghisap madu dari mulut sang bidadari dambaan hatinya itu.

Pak Anton lalu berlutut dihadapan Sasha, sehingga Sasha kini dalam posisi berdiri membungkuk dihadapan Pak Anton dengan bibirnya yang masih menempel dengan bibir Pak Anton. Pak Anton lalu melepaskan bibir Sasha sejenak.
“Sha, ayo buka mulutmu!” pinta Pak Anton. Sasha segera membuka mulutnya dengan lebar sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian, liur Sasha pun meluber dari mulutnya. Pak Anton segera membuka mulutnya lebar-lebar dan mereguk ludah manis yang tertuang turun dari mulut Sasha.

Setelah puas meminum madu dari bibir pengantinnya itu, Pak Anton kembali berdiri dan mendorong tubuh Sasha sehingga Sasha jatuh terduduk di kursi balkon itu. Pak Anton berdiri dengan gagah dihadapan Sasha yang terduduk di kursi itu, dimajukannya pinggangnya kedepan sehingga penisnya mengacung tepat dihadapan wajah Sasha. Wajah Sasha tampak penasaran dengan penis Pak Anton itu.

“Ayo, jangan malu-malu! Kamu mau ini kan?” ejek Pak Anton. Sasha yang mabuk berat hanya mengangguk dan segera meraih batang penis Pak Anton.
“Besar… lebih besar dari Aldy… Aku suka deh…” gumam Sasha tanpa sadar sehingga Pak Anton terkekeh-kekeh bangga.

Sasha mulai beraksi, jari-jari lentiknya segera mengocok penis Pak Anton maju-mundur dengan lembut. Rasa sentuhan halus dan lembut dari kain satin sarung tangan Sasha memberi rasa nyaman tersendiri bagi Pak Anton. Sasha membuka mulutnya dan menjilati ujung penis Pak Anton dengan lidahnya. Sesekali juga penis itu dimasukkan sebagian kedalam mulutnya dan diemutnya penis itu seperti mengemut lolipop.

“Ooh… luar biasaa…” seloroh Pak Anton yang tampak menikmati isapan Sasha itu. Sasha terus menggerakkan kepalanya maju mundur untuk menyambut penis Pak Anton sementara jari-jarinya masih sibuk mengocok penis yang sudah ereksi sepenuhnya itu sehingga penis Pak Anton tampak berkilat akibat pantulan ludah Sasha yang terkena cahaya lampu.

Pak Anton tidak mau terhanyut lama-lama dalam sensasi oral mulut Sasha. Ia masih mau merasakan kenikmatan tubuh Sasha seluruhnya. Pak Anton segera melepas penisnya itu dari kuluman Sasha. Ia lalu mendirikan tubuh Sasha, menyuruh Sasha untuk kembali mengangkat rok gaunnya dan melebarkan paha Sasha sehingga selangkangan Sasha terpamer jelas dihadapannya.
“Kyah!” Sasha menjerit terkejut saat jari-jari Pak Anton menelusup kedalam celana dalamnya dan mulai bergerak-gerak pelan disekitar vagina Sasha. Pak Anton lalu menghimpitkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang digunakannya untuk membuka bibir vagina Sasha sambil mengorek liang vagina Sasha sehingga Sasha melenguh-lenguh kenikmatan.

“Mmm… Haah… Ooh… Aach…” desah Sasha saat vaginanya dipermainkan dengan jari Pak Anton. Pinggang Sasha meliuk-liuk erotis merasakan rasa nikmat di vaginanya. Pak Anton mendorong kedua paha Sasha sehingga Sasha tersandar di pagar balkon kamarnya. Pak Anton yang tidak dapat melihat vagina Sasha yang masih tertutup hiasan renda putih celana dalamnya, meliuk-liukkan jarinya didalam vagina Sasha untuk mencari klitoris Sasha yang masih tersembunyi didalam celah vaginanya. Akibatnya, Sasha semakin tenggelam dalam kenikmatan seksualnya saat vaginanya “digeledah” oleh jari Pak Anton.

“Hyah!” Sasha menjerit saat klitorisnya bersentuhan dengan kuku telunjuk Pak Anton. Pak Anton tersenyum saat menemukan apa yang dicarinya sejak tadi. Dipencetnya klitoris Sasha dengan kedua jarinya itu dan ditarik-tariknya sedikit klitoris Sasha itu.
“Awwh… awww… ahhh… ooh…” Sasha semakin meracau penuh kenikmatan akibat permainan jari Pak Anton di klitorisnya itu. Vaginanya semakin becek dan kini celana dalamnya benar-benar basah dengan cairan cintanya yang terus meluber hingga membasahi pahanya.

“Gimana, Sha? Enak tidak?” tanya Pak Anton.
“Enak Paak… ookh…mmm…” gumam Sasha dengan mata sayu setengah terpejam.

“Ayo, kamu nungging di balkon, supaya lebih enak!” kata Pak Anton sambil memutar balik badan Sasha sehingga kini Sasha menghadap keluar dari balkon. Tangan Sasha segera mencengkeram pagar balkon itu dan menopang tubuhnya saat tangan Pak Anton menarik pinggangnya ke belakang.

Pak Anton langsung menyibakkan rok gaun Sasha sehingga kini celana dalam Sasha terpampang jelas dihadapan Pak Anton. Pak Anton lalu berlutut dibelakang pantat Sasha yang menungging. Tanpa menunggu lama, celana dalam Sasha dilorotkan hingga terlepas dari selangkangan Sasha. Kini pantat Sasha terpampang jelas dihadapan wajah Pak Anton.

“Nnghhh…” Sasha menggeliat pelan saat telapak tangan Pak Anton menjamah vaginanya. PLEK, PLEK!! Terdengar suara becek saat Pak Anton menepuk-nepuk permukaan vagina Sasha. Sasha yang mabuk dan terpengaruh obat perangsang sudah kehilangan kesadaran untuk berpikir. Mulutnya hanya mengeluarkan desahan-desahan yang semakin menggoda Pak Anton.

“AACH!” Sasha menjerit saat jari tengah Pak Anton menusuk lubang pipisnya. Walaupun sudah tidak perawan lagi, namun penetrasi mendadak jari Pak Anton tetap saja sedikit menyakiti Sasha. Jari Pak Anton dengan gampangnya terbenam didalam vagina Sasha karena liang vagina Sasha yang sudah amat becek akibat terangsang berat. Sejenak Pak Anton mendiamkan Sasha sebelum kembali membuka lebar bibir vagina Sasha dengan tangannya yang lain.
“Ahaakh… Awwh…” Sasha merintih saat merasakan jari telunjuk Pak Anton kini juga ikut memasuki vaginanya. Setelah memastikan bahwa kedua jarinya itu sudah masuk sepenuhnya kedalam vagina Sasha, Pak Anton segera menggerakkan kedua jarinya maju mundur dengan cepat sehingga Sasha menjerit-jerit penuh kenikmatan. Tidak ketinggalan, Pak Anton juga menggunakan jari telunjuknya yang lain untuk mempermainkan klitoris Sasha.

“Kya! Haah! Akh! Aww… aww…” jerit Sasha saat merasakan gerakan cepat dari kedua jari Pak Anton yang memberinya sensasi kenikmatan yang luar biasa dalam vaginanya. Denyutan vagina Sasha juga bisa dirasakan dengan jelas oleh Pak Anton lewat jarinya.

Sasha benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan gejolak birahi dalam tubuhnya. Pengaruh obat perangsang itu juga begitu hebat karena setiap kali vaginanya ditusuk oleh jari-jari Pak Anton, ada sensasi rasa nyaman yang sedikit memberi kelegaan yang memancar dari vagina Sasha kesetiap simpul sarafnya. Apalagi dengan kiltorisnya yang digesek-gesek oleh jari Pak Anton semakin membuatnya menggeliat liar.

Tiba-tiba, Sasha dan Pak Anton melihat cahaya lampu menyala di teras villa tetangga yang berjarak sekitar 50 meter dari villa Pak Anton. Pak Anton segera menghentikan aksinya sejenak, sehingga Sasha langsung ambruk kelelahan di pagar balkon villanya.
“Ahh…” Sasha terengah-engah kelelahan sambil berusaha menghirup udara segar untuk mengistirahatkan sendi tubuhnya.
Seorang laki-laki paruh baya lalu keluar ke teras villa itu sambil membawa koran sore hari; ia segera duduk di sofa teras villanya, memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan musik sambil membaca koran itu. Mungkin karena ia sangat berkonsentrasi membaca koran itu, ia tidak menyadari kalau Sasha sedang dipermainkan oleh Pak Anton tepat di sebelahnya. Padahal apabila ia menoleh kekiri, sudah tentu ia bisa melihat dengan jelas pemandangan Sasha yang sedang menungging kelelahan dengan tangan-tangan Pak Anton yang masih melekat di vagina Sasha.

Pak Anton kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak mengocok vagina Sasha tanpa aba-aba.
“Hymphh!” Sasha yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam. Walaupun mabuk berat, setidaknya Sasha masih bisa mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak Anton itu. Sarung tangan satin Sasha tampak cukup efektif untuk meredam suaranya. Pak Anton terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat Sasha menutup mulutnya.

“Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan! Supaya didengar Pak Halim!” ejek Pak Anton lewat bisikan di telinga Sasha sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Sasha makin kewalahan menahan suaranya.

“Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam mulut Sasha. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Sasha tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat merasakan orgasmenya kian mendekat. Suara-suara jeritan Sasha sesekali terdengar saat ada celah di jari-jari Sasha. Namun suara itu juga tidak begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Sasha sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya itu.

Pak Anton terus berusaha untuk membuat Sasha takluk dan menjerit untuk mempermalukan Sasha, namun tetap saja Sasha bersikeras untuk menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Sasha.

“HMPP…PPF!! MMM!!!” Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras, mata Sasha membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya melengkung keatas. Pak Anton terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh dinding-dinding vagina Sasha sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan cinta Sasha yang mengucur dengan deras dari vagina Sasha. Rupanya Sasha berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Sasha menyandarkan kepalanya ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan.

“Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua!” Dengan penuh semangat, Pak Anton melucuti seluruh celananya sehingga penisnya yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Sasha yang masih tertungging lemas di pagar balkon. Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Sasha yang masih tersisa di telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Anton sesekali juga mencolek-colek vagina Sasha untuk mengambil cairan cinta Sasha untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya. Setelah beberapa lama, penis Pak Anton pun kembali berkilauan akibat olesan dari cairan cinta Sasha. Pak Anton segera merangkul pinggang Sasha sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Sasha.

“Ookh… Oohh!” tanpa sadar Sasha lupa untuk menutup mulutnya dengan tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak Anton memasuki vaginanya. Pak Anton terdiam sejenak karena sadar bahwa suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.
Belum puas mengerjai Sasha, Pak Anton menarik pinggang Sasha kearah kanan plafon itu sehingga kini posisi Sasha menungging tepat didepan balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi pengantinnya itu kepada Pak Halim.

“Eeghmmm…” desah Sasha sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat Pak Anton memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin terbenam didalam lubang pipis Sasha.
Sasha tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Anton sebelumnya. Malah Sasha merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding vaginanya dengan penis besar milik Pak Anton. Rasa sesak akibat diameter penis Pak Anton yang memenuhi rongga vagina Sasha juga memberi sensasi tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Sasha.

“Hmmm…” Sasha mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Anton perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Sasha hingga hanya tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Sasha. Rasa gesekan di klitoris Sasha yang tergesek saat penis itu ditarik mundur memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Sasha.
“MMMPH!” Sasha menjerit saat tiba- tiba Pak Anton menghentakkan pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam hingga kedasar liang vagina Sasha.

Pak Anton lalu mencengkeram pinggang Sasha dan menggoyangkannya pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Sasha. Pak Anton juga kembali memijat pinggang Sasha seperti sebelumnya sehingga Sasha semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.

“Mmm… mmm… mmm…” Sasha hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Anton membiarkan Sasha terbiasa dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Sasha.
“Hmm?” Sasha terkejut sesaat. Sasha segera menoleh kebelakang melihat Pak Anton dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.
“Ayo, giliran kamu yang goyang!” perintah Pak Anton. Tanpa ragu lagi, Sasha segera menggoyangkan pantatnya untuk mempermainkan penis Pak Anton dengan vaginanya. Pantat Sasha bergoyang naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Anton sebelum Sasha menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Anton langsung terbenam dengan cepat kedalam vaginanya.

“Huaah… aagh… egh…” Pak Anton mendesah penuh kenikmatan saat merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Sasha yang terus memainkan penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya. Pak Anton terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Anton saat mengingat kesuksesannya untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Sasha yang begitu banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka.

Lama kelamaan, Pak Anton merasa bosan dengan goyangan Sasha walaupun penisnya terasa cukup nikmat. Pak Anton sudah cukup bersabar dengan goyangan Sasha dari tadi untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Sasha dengan cara mempertontonkan adegan dimana Sasha yang masih berbusana pengantin sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.

“Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?!” umpat Pak Anton dalam hati.

Pak Anton yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang Sasha dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Sasha.
“AAH!” Sasha menjerit keras. Karena dilakukan secara mendadak, Sasha yang terkejut tanpa sadar melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Anton yang kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Sasha. Sasha tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya, sehingga Sasha tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan saja.

Selama 5 menit, Pak Anton memompa penisnya keluar masuk dari vagina Sasha. Suara yang keluar dari mulut Sasha sudah tidak jelas sama sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Sasha benar-benar merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.

“Hrggh… Eerghh…” Pak Anton tidak bisa lagi berlama-lama menahan dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras kedalam vagina Sasha, Pak Anton pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Anton kedalam vagina Sasha.

“Hmm… phh??” Sasha terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Anton menyemprot hingga kedasar vaginanya. Pak Anton membiarkan penisnya tertancap kedalam vagina Sasha sejenak untuk mengeluarkan seluruh spermanya itu. Saat penis itu tercabut dari vagina Sasha, tampak lelehan putih sperma Pak Anton ikut keluar dari celah-celah vagina Sasha yang masih menungging itu.

Pak Anton tersenyum puas dan dibelainya tubuh Sasha. Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Sasha bergetar pelan seperti menggigil ssat membelai Sasha. Pak Anton dengan perasaan cemas segera melihat keadaan Sasha. Betapa terkejutnya Pak Anton saat melihat wajah Sasha yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak Anton terasa sakit dan kasihan melihat Sasha yang tampak tersiksa itu. Bagaimanapun juga ia menikahi Sasha atas dasar rasa cintanya pada wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan mempermalukan Sasha sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita yang dicintainya itu.

Pak Anton segera mengusap airmata dari wajah Sasha dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit oleh Sasha dengan pelan. Pak Anton bisa merasakan getaran tubuh Sasha dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.
“Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Anton dengan penuh kekhawatiran. Sasha yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Anton segera membimbing Sasha masuk ke dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Sasha dilepas, Pak Anton lalu membaringkan Sasha di ranjang mereka tepat disamping Alyssa dan melepas sepatu Sasha.

“Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya.” Pak Anton segera menyelimuti tubuh Sasha dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Sasha. Sejenak Pak Anton merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah dilakukannya dengan Sasha. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya, walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Sasha barusan. Perlakuannya memang kelewatan. Bagaimanapun juga Sasha pasti punya harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Anton lalu memutuskan untuk kembali minta maaf.

“Eh, Sha…” Saat Pak Anton menoleh kewajah Sasha untuk meminta maaf sekali lagi, Rupanya Sasha sudah tertidur lelap kelelahan. Wajah tidurnya tampak menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari tubuhnya. Pak Anton hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuh lembut Sasha.

Esok paginya, Pak Anton mendadak terbangun saat merasakan sensasi rasa hangat dan sesuatu yang lembut sedang mempermainkan penisnya. Rasanya penisnya seperti dikocok-kocok maju-mundur oleh sesuatu. Sesekali pula pangkal penisnya terasa basah dan geli saat digesek oleh sesuatu yang basah.

Pak Anton membuka matanya sejenak. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Sasha sedang menungging dihadapan selangkangannya sambil mempermainkan penisnya. Jari-jari tangan Sasha yang masih dibalut sarung tangan satinnya mengocok penis Pak Anton dengan lembut sambil sesekali menjilati dan menyentil-nyentil pangkal penis Pak Anton dengan lidahnya.

“Sa… Sasha?” tanya Pak Anton tidak percaya.
“Ooh, Sayaang… Akhirnya bangun juga… Aku sudah menunggu dari tadi, lhoo…” racau Sasha saat melihat Pak Anton terbangun.
“Apa-apaan kamu?!” bentak Pak Anton, namun Sasha tidak menggubris Pak Anton sama sekali. Ia masih saja sibuk memainkan penis Pak Anton dengan tangan dan mulutnya. Mata Sasha tampak sayu dan nafasnya masih saja memburu. Pak Anton akhirnya tahu kalau Sasha masih belum sadar dari mabuknya dan sudah tentu pengaruh dari obat perangsang itu. Namun Pak Anton heran, bagaimana mungkin Sasha bisa kembali bergairah seperti itu setelah sekian lama meminum wine itu. Normalnya, efek wine itu tentunya sudah hilang dari tadi.

“Mmm… enaakh… lebih enak dari Aldy… Besaar…” seloroh Sasha sambil mengelus-elus penis Pak Anton dan menjilatnya dengan pelan.
“Hooh… Hwooh…” Pak Anton mendesah nikmat saat tiba-tiba bibir Sasha menghisap-hisap penisnya.
“Mmm… hmm…” terdengar gumaman Sasha yang masih menghisap penis Pak Anton. Lidah Sasha ikut membelai-belai pangkal penis Pak Anton sehingga Pak Anton merasa lubang kencingnya seolah ditusuk-tusuk oleh jarum.

“Aah… enaak… Eh? Hentikan Sasha!” tiba-tiba Pak Anton tersadar dari buaian kenikmatannya itu. digesernya kepala Sasha sehingga kuluman Sasha terlepas dari penisnya.
“Apaa siih?” gerutu Sasha kesal.
“Siapa yang suruh kamu oral seks sekarang?! Ini masih pagi tahu!”
“Soalnya kamu curaang! Aku masih belum memberimu hadiah pernikahan kaan?!!” jawab Sasha dengan wajah merengut.
“Hadiah apa?!” tanya Pak Anton heran.

Sasha tidak menghiraukan pertanyaan Pak Anton. Ia segera melompat dan menangkap penis Pak Anton dengan kedua belah tangannya.

“Naah, ketangkap deeh! Dasar nakaal!” ujar Sasha seperti anak kecil. Sasha segera mengulum penis Pak Anton kembali. Suara jilatan dan hisapan Sasha kembali bergema di kamar itu. Kini giliran Pak Anton yang kewalahan menghadapi Sasha. Rasa nikmat yang menjalari penisnya semakin menjadi. Liur Sasha sudah menetes-netes dipinggir bibirnya, namun Sasha masih saja bersemangat dalam menghisap penis Pak Anton.

“Sashaa! Sudaah! Hadiah apa yang kamu mau?!” kembali Pak Anton bertanya dengan kewalahan. Sasha pun akhirnya menghentikan kulumannya itu dan menatap wajah Pak Anton dengan sayu.
“Aku… mau memberimu keperawananku…” jawab Sasha pelan.
“Keperawanan? Bukannya kamu sudah tidak perawan dari tadi?” tanya Pak Anton bingung dengan dahi yang mengrenyit. Bukannya Sasha sudah tidak perawan sejak sebelum ia dinikahi tadi? Bukankah Aldy yang sudah memetik keperawanan Sasha sebelumnya? Pikir Pak Anton.

“Aah! Mas Anton bodoh deeh!!” Sasha kembali merengut. Kini Sasha membalikkan tubuhnya, mengangkat rok gaunnya dan menungging dihadapan Pak Anton sambil menguakkan bongkahan pantatnya sendiri sehingga lubang pantat Sasha tampak merekah dihadapan wajah Pak Anton. Pantat Sasha tampak mengkilat ditimpa cahaya mentari pagi yang menerobos kedalam kamar mereka.
“Ini… pantatku masih perawan kook!” ujar Sasha manja.
“Ayo doong! Ini hadiah dariku lhoo! Aku memang berencana untuk memberi keperawanan pantatku untuk Mas Anton dari kemarin!” goda Sasha seperti pelacur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang montok itu, sehingga Pak Anton kini kembali menelan ludah. Siapa yang bisa menolak godaan seorang pengantin wanita secantik Sasha? Apalagi tawaran sukarela untuk mencicipi lubang pantat Sasha tidak datang setiap hari.

Pemandangan yang disajikan Sasha dihadapan Pak Anton segera membangkitkan kembali gairah seksual Pak Anton. Pak Anton segera beranjak bangun dari ranjangnya.
“Yaah… kok pergi siih?!” ujar Sasha yang masih menungging dengan nada kecewa.
“Sebentar sayang, aku mau minum dulu.” Jawab Pak Anton sambil mencari-cari wine yang tadi ditaruhnya diatas meja balkon itu supaya gairah seksualnya ikut bangkit untuk mengimbangi Sasha.
Pak Anton amat terkejut melihat wine yang tadinya masih penuh sekitar ¾ bagian, sekarang jumlahnya kurang dari setengah botol. Pak Anton melirik Sasha sejenak, dilihatnya wajah Sasha yang tampak dilanda nafsunya itu. Bahkan kini jari-jari lentik Sasha mulai mempermainkan liang vaginanya sendiri sambil mendesah-desah erotis.

“Eh Sha, kamu tadi minum wineku ya?” tanya Pak Anton curiga.
“Iyaah… memangnya kenapaa? Soalnya nggak ada air putihh… Winenya enakk… hhh… tadi kuminum 10 gelas… mmh… soalnya gelasnya kecil… siih…” desah Sasha.
Pantas saja! gerutu Pak Anton dalam hati. Akhirnya Pak Anton tahu penyebab mengapa Sasha bisa semabuk dan bergairah seperti itu. Wajar saja, semalam mereka mereguk sekitar 7 gelas kecil wine itu dan masih tersisa lebih dari setengahnya. Dengan dosis 5 gelas saja sudah cukup untuk membuat Sasha tergila-gila semalam. Apalagi dengan dosis berganda, wajarlah apabila akibatnya bisa sedahsyat itu untuk wanita yang gampang mabuk seperti Sasha.

Pak Anton hanya menggerutu sejenak sebelum meminum beberapa gelas kecil wine itu. Setelah merasa tubuhnya mulai bergairah, Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih sibuk beronani sambil menungging diatas ranjang. Segera Pak Anton memposisikan wajahnya ditunggingan Sasha. Dibenamkannya wajahnya di selangkangan Sasha sambil menjulurkan lidahnya ke vagina Sasha perlahan.

“Hya?!” Sasha kembali menjerit kecil saat lidah Pak Anton menusuk vaginanya. Pak Anton segera mencengkeram pinggang Sasha dan membenamkan wajahnya di selangkangan Sasha. Dihirupnya aroma khas yang terpancar dari vagina Sasha sambil menyeruput cairan cinta Sasha yang menetes deras ikut membasahi sprei ranjang mereka. Hembusan nafas Pak Anton membuat bulu kuduk Sasha berdiri dan desahannya semakin keras saat klitorisnya kembali dipermainkan Pak Anton yang kali ini menyentil klitoris Sasha dengan lidahnya.
“Aah… aaw!!” Desah Sasha menggema diruangan itu. Tubuh Sasha sudah sepenuhnya tidak terkontrol lagi karena takluk oleh nafsu birahinya. Pak Anton pun semakin bersemangat mencicipi vagina Sasha.

“Mommy?” tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari belakang tubuh Sasha dan Pak Anton.
“A… Alyssa?” Sasha terkejut sejenak saat mendengar suara itu. Pak Anton menoleh dan melihat Alyssa yang terbangun sudah terduduk dibelakangnya. Alyssa tampak kebingungan melihat posisi ibunya yang menungging dan wajah Pak Anton yang terbenam di selangkangan ibunya itu. Alyssa lalu berjalan mendekati Sasha, dilihatnya wajah merah padam Sasha yang sayu dan tampak kelelahan. Tentu saja balita seperti Alyssa tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukan oleh Sasha dan Pak Anton.

Pak Anton menghentikan aksinya karena ia tidak mau lagi mengerjai Sasha dengan berlebihan. Bahkan Pak Anton segera menurunkan kembali rok gaun Sasha untuk menutupi selangkangan Sasha.
“Aah! Kok berhenti siih!” gerutu Sasha.
“Sebentar Sha, Alyssa kan sudah bangun. Kita lanjutkan nanti saja!”
“Nggak mauu! Aku maunya sekarang!” tolak Sasha seperti anak kecil.
“Tapi Sha, Alyssa kan…”
“Biarin ajaa… Kalau nggak, nanti aku nggak akan mau main dengan Mas Anton lagi!” ancam Sasha. Mungkin karena mabuk berat dan pengaruh rangsangan di tubuhnya, Sasha tidak peduli lagi dengan kehadiran Alyssa. Ia juga sama sekali tidak cemas kalau Alyssa menonton adegan persetubuhannya nanti. Pak Anton merasa tidak perlu lagi menahan diri karena Sasha sendiri sudah sama sekali tidak peduli dengan harga dirinya. Tanpa menunggu lama, Pak Anton segera menyibakkan kembali rok gaun Sasha dan mencubit klitoris Sasha.

“AW!” Sasha menjerit dihadapan Alyssa, sehingga Alyssa tampak semakin kebingungan.
“Mom…my?” tanya Alyssa bingung dengan polosnya. Ia mengira Sasha kesakitan karena Sasha menjerit keras.
Pak Anton kembali beraksi, kini dijilatinya klitoris Sasha sambil kembali memasukkan jarinya kedalam vagina Sasha dan mulai mengocok liang vagina Sasha kembali.
“Ahh… oohh… Haaah…” kini wajah Sasha tampak memancarkan kelegaan dan kenikmatan dihadapan Alyssa. Pak Anton terus bergantian antara mencubit klitoris Sasha ataupun menyentil-nyentil klitoris Sasha sehingga mimik wajah Sasha ikut berganti-ganti antara menikmati atau kesakitan dihadapan Alyssa. Raut wajah Alyssa semakin bingung melihat mimik muka ibunya itu.

Mata Sasha yang merem melek ditambah dengan bibirnya yang meneteskan air liurnya dan lidahnya yang terus menyapu keluar akibat deraan gelombang kenikmatan yang menguasai tubuhnya kini terpampang jelas dihadapan putrinya sendiri yang tampak kebingungan karena belum pernah melihat raut wajah ibunya seperti itu.
Normalnya, Sasha pasti akan segera menghentikan tontonan yang amat tidak pantas untuk dilihat bagi balita yang polos seperti Alyssa. Namun akibat rangsangan obat yang diminumnya dengan wine itu, sekarang otak Sasha hanya terfokus untuk menggapai kenikmatan seksualnya sendiri tanpa menghiraukan pandangan Alyssa sama sekali. Sensasi kenikmatan di vaginanya benar-benar merasuki tubuh Sasha yang sekarang juga amat sensitif akibat pengaruh obat perangsang itu. Malah Sasha juga merasa semakin terangsang saat persetubuhannya dilihat oleh anaknya sendiri.

“Alyssa, ayo sini ke tempat om!” ujar Pak Anton tersenyum sambil menggendong Alyssa ke pangkuannya. Sehingga kini Sasha memamerkan kewanitaan dan pantatnya dihadapan Pak Anton dan anaknya sendiri. Pak Anton lalu memegang tangan mungil Alyssa dan mengeluarkan jari telunjuk dan jari tengah milik balita mungil itu.

“Nah, ayo… om kasih tahu apa yang paling disuka mamamu!” Ujar Pak Anton sambil membimbing tangan Alyssa kearah vagina Sasha.

“Ugh!” Sasha menjerit saat merasakan vaginanya ditusuk oleh sesuatu yang kecil. Sasha akhirnya menyadari kalau jari-jari mungil Alyssa sudah terbenam kedalam vaginanya.
“Baguus! Alyssa memang pintar! Sekarang, ikutin gerakan tangan om ya!” puji Pak Anton sambil memegang pergelangan tangan Alyssa dan menggerakkannya maju-mundur dengan pelan sehingga jari-jari tangan Alyssa menghunjam vagina ibunya berulangkali.

“Wah! Aach! Aww!” Sasha mendesah-desah saat jari-jari mungil Alyssa mempermainkan vaginanya. Tubuh Sasha tampak terhentak pelan mengiringi hunjaman jari putrinya sendiri di vaginanya. Alyssa yang polos sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukannya itu. Alyssa malah tampak senang dan tertawa-tawa saat melihat tubuh ibunya terhentak sambil mendesah nikmat akibat permainan jarinya itu. Ia mengira perbuatannya itu semacam permainan yang menyenangkan. Pak Anton sesekali melepaskan tangan Alyssa dan Alyssa terus saja menggerakkan jarinya maju mundur divagina Sasha.

“Gimana rasanya, Sha? Main dengan Alyssa enak kan?” ejek Pak Anton.
“Ooh.. oh… aah… Alyssaa… ahh… Alyssa… enaak… terus… sayaang…” Racau Sasha penuh kenikmatan. Sasha tidak mempedulikan ejekan Pak Anton lagi. Jari-jari mungil Alyssa yang sesekali bergerak saat menghunjam vaginanya menjelajahi ruang hangat vagina Sasha memberi Sasha reaksi tersendiri yang luar biasa. Apalagi mengingat kalau vaginanya sedang dipermainkan anaknya sendiri, sama sekali tidak membuat Sasha merasa malu, malah Sasha semakin terangsang berat akibat permainan itu.
“WAAAH… HAAH…AAKH!!!” Sasha menjerit sekeras-kerasnya saat seluruh syaraf tubuhnya menegang keras. Tanpa bisa dibendung, cairan cinta Sasha langsung muncrat tanpa ampun kejari-jari Alyssa. Alyssa terdiam sejenak karena kaget mendengar suara jeritan Sasha dan semburan cairan cinta ibunya itu. Kepala Sasha langsung ambruk kembali ke ranjang setelah mendapat orgasme yang luar biasa itu, namun ia masih dalam posisi menungging sehingga bagian atas tubuhnya kini tertumpu pada kedua dada indahnya itu yang kini seperti bantalan yang terjepit diantara tubuhnya dan kasur empuk itu untuk menahan tubuhnya.

“Hehehe… lumayan deh!” Pak Anton terkekeh-kekeh puas setelah berhasil mengerjai Sasha sambil mengacungkan jari-jari Alyssa yang berkilat akibat cairan cinta Sasha dan menjilat-jilati jari Alyssa.
“Bagus sekali, Alyssa! Kamu memang pintar!” kembali Pak Anton memuji Alyssa sambil mengelus kepala anak yang lugu itu. Alyssa hanya tertawa saat Pak Anton membelainya tanpa mengerti kalau ia baru saja diperalat untuk melakukan hal yang amat terkutuk. Alyssa lalu didudukkan disebuah kursi bayi dan dipasangkan ikat pinggang supaya tidak jatuh. Setelah memastikan kalau Alyssa sudah aman, Pak Anton segera kembali menghampiri Sasha yang masih menungging tak berdaya diatas ranjang itu.

“Oke, Sasha! Sekarang giliran saya ya! Saya mau menagih hadiah dari kamu!” pungkas Pak Anton sambil mengangkat sedikit pinggang Sasha. Kali ini diposisikannya pinggang Sasha agar lubang pantat Sasha berada tepat dihadapan penisnya yang mengacung tegak.
“Tenang saja! Saya akan bersikap lebih lembut kali ini, supaya kamu tidak merasa tersiksa lagi.” Janji Pak Anton pada Sasha.
Pak Anton kembali mencolek-colek cairan cinta di vagina Sasha untuk kemudian diusapkannya di lubang pantat Sasha sebagai pelumas. Setelah merasa siap, Pak Anton menguakkan kedua bongkahan pantat Sasha dan menyentuhkan ujung penisnya dilubang pantat Sasha. Pak Anton mulai mendorong maju pinggangnya dengan pelan.

“Heghh…” Sasha merintih kecil saat merasakan lubang pantatnya terbuka sedikit untuk menerima penis Pak Anton.
“AAAAKH!!!” dengan disaksikan oleh Alyssa, Sasha menjerit pilu saat penis Pak Anton yang besar itu menerobos masuk lubang pantatnya hingga penis besar itu terhunjam sepenuhnya kedalam lubang pantat Sasha dan lenyaplah keperawanan anal milik Sasha. Air mata Sasha langsung menetes akibat rasa perih yang tak terkira melanda anusnya.
“Hoaah…” Pak Anton menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan rasa sakit yang melanda Sasha. Sekaligus merasakan sensasi hangat dan lembut didalam lubang pantat Sasha. Jepitan otot pantat Sasha yang begitu erat memberi rasa nikmat bagi Pak Anton, seolah bersetubuh dengan seorang perawan. Ya! Bagi Pak Anton, peribahasa “tak ada rotan, akar pun jadi” amat berarti saat itu. Karena walaupun tidak bisa menikmati keperawanan vagina Sasha, toh tidak ada salahnya bagi Pak Anton untuk mendapatkan keperawanan pantat Sasha yang tak kalah nikmatnya.

“Sasha, kenapa? Sakit ya?” Pak Anton bertanya pada Sasha dengan nada sedikit cemas.
“I… iya… shhh… sebentar ya…” jawab Sasha pelan sambil menghela nafas. Sasha berusaha menghirup udara sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan posisi Pak Anton. Rasa sesak dan perih dilubang pantat Sasha pelan-pelan menghilang. Tidak seperti tadi, kali ini Pak Anton berusaha untuk memberi rasa nyaman bagi Sasha. Sementara itu, Alyssa hanya terduduk sambil melihat adegan persetubuhan ibunya itu.

“Bagaimana? Sudah enak?” tanya Pak Anton.
“Mmm… Tapi jangan keras-keras ya…” jawab Sasha sambil menanggukkan kepalanya.
Pak Anton mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga penisnya tertarik keluar hingga tersisa pangkal penisnya saja sebelum kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat Sasha. Gerakan pelan itu memang disengaja untuk memberi rasa nyaman bagi Sasha. Saat penis Pak Anton sudah terbenam sebagian besar, Pak Anton segera menghentakkan pinggangnya mendadak sehingga muncul rasa perih yang tiba-tiba menyengat anus Sasha.

“Aw!” jerit Sasha saat pantatnya serasa tertusuk oleh jarum raksasa ketika Pak Anton menghentakkan pinggangnya, menghunjamkan seluruh penisnya kedalam anus Sasha.
“Tahan ya, Sha! Lama-lama juga enak kok!” bujuk Pak Anton. Sasha hanya mengangguk pelan. Pak Anton terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan pelan sambil meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Sasha.
Benar saja, lama kelamaan rasa sakit dan perih di pantat Sasha mulai berganti dengan rasa geli sedikit perih yang nikmat. Syaraf-syaraf anus Sasha mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Anton dan hentakan mendadak dari Pak Anton yang sekarang mengirimkan gelombang kenikmatan tiada taranya kesetiap simpul syaraf Sasha. Suara rintihan Sasha pelan-pelan berganti dengan suara desahan penuh kenikmatan.

“Aagh… awwh… hhh…” Sasha tampak megap-megap merasakan sensasi nikmat yang melanda anusnya. Saat merasa Sasha sudah terbiasa dengan gerakannya, Pak Anton langsung mempercepat gerakan pinggulnya sehingga penis Pak Anton menghunjam keras kedalam anus Sasha. Suara tumbukan antara pinggang Pak Anton dan bongkahan pantat Sasha menggema didalam kamar mereka.
Pak Anton kembali menuangkan wine ke gelasnya sendiri dan menyodorkan gelas itu ke Sasha. Sasha yang kehausan akibat terus menjerit-jerit sejak disetubuhi Pak Anton segera meminum wine itu. Saat melihat wine digelas itu habis, Pak Anton segera menuangkan wine itu lagi untuk diminum Sasha. Sasha terus direcoki dengan wine yang dicampur obat perangsang itu sehingga kini Sasha semakin mabuk dan terhanyut dalam gairah seksualnya.

“Aah… en…naak… ooh…” desah Sasha.
“Enak ya, Sha? Kamu suka?”
“I…yaah… ookh…”
“Sasha, kamu suka yang mana? Di vagina atau pantat kamu?” tanya Pak Anton.
“Aaahh… sama sajaa… dua-duanya enaak…” celoteh Sasha.

“Mas Antoon… Maas… suka yang manaa? Vagina… atau pantatnya Sashaa?” tanya Sasha manja seperti seorang pelacur.
“Hmm… Aku sih lebih suka pantatmu, Sha. Soalnya vagina kamu sudah bekas si Aldy! Lagipula pantat kamu masih rapat seperti perawan, hehehe…” jawab Pak Anton cengengesan.
“Kalau begituu… mulai hari ini… lubang pantatnya Sasha… jadi milik Mas Anton… yaa? Terserah Mas Anton mau bagaimanaa ajaa… Pasti Sasha nurut deeh…”
Hati Pak Anton langsung berbunga-bunga mendengar tawaran Sasha bahwa mulai saat ini pantat Sasha bebas untuk digunakannya sesuka hati.
“Boleh! Boleh! Pokoknya mulai sekarang pantatmu hanya untuk aku saja! Jangan sampai disentuh si Aldy ya!” jawab Pak Anton sesegera mungkin.
“Iyaah… hhh… Maas…” jawab Sasha pelan.

Pak Anton dan Sasha terus bersetubuh dihadapan Alyssa. Alyssa yang tidak mengerti dengan pemandangan dihadapannya hanya diam sambil mengisap-isap jarinya. Sasha sama sekali tidak peduli dengan tatapan Alyssa, mulutnya sibuk mendesah sambil meresapi rasa nikmat di anusnya. Sesekali Pak Anton memukul bongkahan pantat Sasha yang langsung disambut dengan jeritan Sasha dihadapan Alyssa. Sasha sendiri merasakan pengalaman seks yang luar biasa dengan Pak Anton. Biasanya saat bersetubuh, Aldy lebih suka gaya konvensional yang seringkali membuat Sasha bosan. Lain halnya dengan Pak Anton yang selalu punya banyak cara untuk menaikkan gairah seksual Sasha. Walaupun sebenarnya gairah seksual Sasha juga banyak terbangkitkan oleh wine yang ia minum.

“Aahh…Maas…” panggil Sasha pelan.
“Ya, sayang?” jawab Pak Anton
“Sudah… mau sampai, maas… tolong… aah…” pinta Sasha saat merasakan orgasmenya membayang.
“Oke… tahan ya, sayang… Aku juga mau sampai. Erhm…” ujar Pak Anton sambil menggeram sejenak. Penis Pak Anton ditarik keluar perlahan hingga tersisa ujung penisnya saja dan tiba-tiba Pak Anton merebahkan dirinya di ranjang. PLOOP! Terdengar suara pelepasan yang becek antara penis Pak Anton dan lubang pantat Sasha.
“OOH!” Sasha langsung melenguh keras dan kembali roboh diatas ranjangnya. Dengan sigap, Pak Anton segera bangkit dan berlutut kembali dihadapan tunggingan Sasha. Penisnya sekarang dibenamkan langsung ke vagina Sasha dan Pak Anton segera menggerakkan pinggang Sasha maju mundur hingga penisnya terhentak-hentak dalam vagina Sasha.

“AAH! Ah! Aah!” Sasha menjerit-jerit histeris karena sensasi kenikmatan gesekan penis Pak Anton di vaginanya.
“Sha… Aku mau keluar… sebentar lagi…” ujar Pak Anton terbata-bata merasakan penisnya yang siap mencapai puncak kenikmatannya sekali lagi.
“Ooh! Yaah! Ayo Mass… keluarkan di vagina Sasha lagii… supaya… Sasha hamiil…” seloroh Sasha yang juga terpengaruh oleh gejala orgasmenya.
“Iyaah… Sashaa…” Pak Anton yang mendengar bahwa ada kesempatan baginya untuk menghamili Sasha semakin buas menghentakkan penisnya itu. Bayangan akan seorang buah hati yang akan dilahirkan oleh Sasha hasil dari pernikahan dengannya, membuat Pak Anton kian bersemangat.

“AAAH! HAAH! MAS ANTOON…” Sasha melolong keras saat ledakan orgasme kembali menghantam tubuhnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Sasha langsung mengejang kaku dan dinding vaginanya terasa menjepit dan meremas penis Pak Anton sekuat mungkin. Sasha kembali tumbang kelelahan setelah orgasme dengan hebat dua kali berturut-turut. Tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga sama sekali dan Sasha pun segera tertidur kelelahan setelah melayani Pak Anton selama hampir 2 jam. Cairan bening ikut menetes keluar dari vagina Sasha yang masih tersumbat penuh dengan penis Pak Anton, pertanda bahwa Sasha baru saja mengalami orgasme.
“HHRMH!” Pak Anton yang sudah tidak tahan akibat sensasi jepitan di vagina Sasha, segera menggeram dan membenamkan penisnya hingga kedasar vagina Sasha. Akhirnya disemprotkannya cairan spermanya kedalam rahim Sasha, beberapa saat setelah Sasha mengalami orgasme.

Untuk beberapa saat, Pak Anton meresapi kenikmatan ejakulasinya didalam rahim Sasha sebelum melepaskan penisnya dari vagina Sasha dengan pelan. Pak Anton meluruskan dan membalikkan tubuh Sasha yang terlungkup. Sehingga Sasha kini terbaring dihadapan Pak Anton. Pak Anton tersenyum melihat wajah Sasha yang tertidur.
Pak Anton lalu memberikan sebuah bantal dikepala Sasha dan merapikan kembali penampilan Sasha. Tidak lupa, diaturnya posisi tidur Sasha senyaman mungkin agar Sasha bisa beristirahat.

“Hwaaa… Waaa!!” tiba-tiba terdengar suara tangisan Alyssa. Pak Anton yang masih telanjang segera tergopoh-gopoh menghampiri balita kecil itu. Sesaat Pak Anton bingung karena tangisan Alyssa. Namun ia segera melepas pengaman Alyssa dan digendongnya putri Sasha itu keatas ranjang tempat ibunya tertidur lelap. Alyssa lalu didudukkan disamping Sasha. Mungkin karena merasa lebih aman didekat ibunya, Alyssa pun pelan-pelan menghentikan tangisannya. Alyssa lalu merangkak mendekati tubuh ibunya itu.

“Mommy?” kembali Alyssa memanggil Sasha sambil menepuk-nepuk tangan Sasha. Pak Anton pelan-pelan menjauhkan Alyssa dari ibunya untuk memberi kesempatan bagi Sasha untuk tidur.

“Alyssa, jangan ganggu mamamu ya? Biarkan mamamu istirahat ya?” pinta Pak Anton dengan pelan sambil menggendong Alyssa kearahnya. Alyssa hanya melihat wajah Pak Anton dengan raut wajah polosnya yang tersenyum. Mata Alyssa sejenak mengingatkan Pak Anton dengan mata indah Sasha.
“Alyssa, mau nggak punya adik?” tanya Pak Anton pada Alyssa. Seolah mengerti akan perkataan Pak Anton, Alyssa tertawa riang sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.
“Yaa, Alyssa memang anak yang pintar! Kalau begitu, biarkan mamamu istirahat ya? Supaya Alyssa nanti bisa dapat adik bayi yang lucu! Nah, ayo main dengan om, ya!” bujuk Pak Anton. Alyssa hanya tertawa-tawa riang sementara Pak Anton memakai pakaiannya sebelum menggendong anak itu keluar kamar, meninggalkan ibunya yang masih tertidur.

Beberapa jam kemudian, Sasha terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara tawa Alyssa dari arah taman. Sasha segera beranjak kearah balkon dan dilihatnya Pak Anton sedang duduk di ayunan kecil di taman villanya dengan Alyssa disampingnya. Sasha tersenyum bahagia saat melihat Alyssa tampak senang bermain-main dengan sebuah bola yang diberikan oleh Pak Anton sambil berayun-ayun di ayunan itu.

“Nah, lihat! Siapa yang sudah bangun!” ujar Pak Anton sambil mengarahkan pandangan Alyssa ke balkon. “Mommy! Mommy!” Alyssa semakin tertawa lebar saat melihat ibunya itu. Tangannya melambai-lambai kecil seolah memanggil Sasha untuk ikut bermain bersama. Sasha segera turun ke taman villa itu tanpa sempat mengganti busana pengantinnya yang dikenakannya dari kemarin sore. Sesampainya di taman, Sasha segera berjalan cepat menghampiri suami dan anaknya itu.

“Akhirnya bangun juga! Alyssa sudah kangen nih!” ujar Pak Anton seraya menyerahkan Alyssa kedalam gendongan Sasha. Sasha hanya tersenyum melihat keakraban Pak Anton dan putrinya itu. Pak Anton bisa melihat kalau pengaruh wine itu sudah sepenuhnya hilang dari diri Sasha.
“Ayo, duduk dong! Kan capek berdiri terus!” Pak Anton menggeserkan diri dan memberi tempat duduk untuk Sasha di ayunan itu.
“Emm… jangan dulu ya, Mas?” pinta Sasha sambil tersenyum manis.
“Lho, kenapa?”
“Masih sakit nih…” jawab Sasha pelan sambil tersipu malu saat melirik kebagian belakang-bawah tubuhnya. Pak Anton tertawa kecil mendengar jawaban Sasha. Wajar saja karena pantat Sasha baru saja diperawani sehingga pasti terasa agak sakit kalau duduk di kursi ayunan yang terbuat dari besi.

“Ya, sudah! Kutemani kamu dan Alyssa jalan-jalan di taman saja ya? Nggak sakit kan, kalau jalan?” tanya Pak Anton. Sasha menggeleng dan tersenyum sambil meraih pergelangan tangan Pak Anton.
“Sha, kamu nggak mau ganti baju dulu nih? Kalau dilihat tetangga gimana?” tanya Pak Anton.
“Hihi… ya sudah, nggak apa-apa kok! Kita kan pengantin baruu!” jawab Sasha ceria.
Pak Anton tersenyum dan segera menyambut uluran tangan Sasha. Mereka pun bergandengan dengan mesra sambil berjalan disepanjang di taman itu.
Mereka lalu tiba di paviliun tempat mereka menikah kemarin. Pak Anton lalu memeluk tubuh Sasha, yang sedang menggendong Alyssa, dari belakang. Sasha hanya tertawa kecil dan tersenyum bahagia saat dipeluk oleh Pak Anton.
“Sha, bagaimana kalau kamu nanti hamil? Apa kamu mau punya anak dari saya?” tanya Pak Anton
“Kok Mas Anton tanyanya begitu sih? Mas Anton kan suamiku juga.” jawab Sasha lembut. Jawaban Sasha itu langsung memberikan ketenangan yang tak terkira bagi Pak Anton. Betapa bahagianya dirinya karena akhirnya berhasil mendapatkan hati wanita dambaan hatinya itu, apalagi wanita itu sekarang mau menerima dirinya seutuhnya. Bisa dikatakan kalau benih-benih cinta yang ditaburkannya dalam hati Sasha kini telah seutuhnya bersemi dan mekar didalam relung hati Sasha.

“Eh, Mas! Kalau saya hamil dan anaknya nanti perempuan, saya beri nama Anissa ya?” usul Sasha tiba-tiba.
“Lho? Kenapa Anissa?” tanya Pak Anton heran.
“Soalnya nama Alyssa kan dari gabungan namaku dan Aldy! Aldy-Sasha, jadinya Alyssa… kalau begitu, Anton-Sasha, jadinya Anissa doong!” canda Sasha.
“Hahaha… Kamu bisa saja! Terserah kamu saja, sayang! Hahaha!” Pak Anton tertawa sambil membelai kepala Sasha. Alyssa juga ikut tertawa dalam gendongan Sasha saat melihat kedua orang tuanya itu tampak bahagia.

Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup Pak Anton karena ia telah mendapatkan sebuah keluarga baru yaitu Sasha dan putrinya, Alyssa. Pak Anton tidak peduli bahwa Sasha adalah istri sah Aldy ataupun ikatan mereka hanya sebatas kawin kontrak semata. Demikian pula dengan Sasha yang kini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Anton pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Aldy. Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar